Bangunan itu tidak megah seperti deretan hunian di pinggir kota dengan bandrol selangit dan arsitektur menawan dan indah. Dia juga tak bisa membanggakan tunggangan si empunya karena tak ada halaman peristirahatan untuknya. Tersamar begitu rapi dari balik sebuah taman peristirahatan para pahlawan negeri.
Tak ada yang sangat spesial memang ketika aku melihatnya secara sekilas dan kasat mata. Penglihatanku hanya menangkap sebuah bangunan yang berukuran kecil dengan pagar besi setinggi pundak. Teras depannya begitu mungil dan terdiri dari beberapa ubin saja. Tak ada hal mewah di sana, semua serba sederhana dan apa adanya. Tak ada yang berlebih ataupun dilebih-lebihkan.
Seketika pintu terbuka baru dapat kulihat keistimewaan, kemegahan dan kehangatan yang ada. Terlindung begitu rapat sehingga mereka pernah memasuki baru bisa merasakannya. Takjub yang dirasa ketika pandanganku dipenuhi beberapa tumpukan buku. Deretan judulnya beragam, dari buku agama hingga ilmu pasti, dari buku motivasi hingga tumpukan fiksi. Semuanya berbaur tanpa perbedaan dan sekat yang tersemat berdasar kategori.
Satu sofa usang tergolek lemah begitu saja namun masih siap untuk menahan beban siapa saja. Masih ada perasaan hangat di dalamnya, hingga tetap bisa memberi nyaman bagi mereka yang hendak bersandar. Televisi tua terbujur kaku manatap ke arahku. Kelu hanya membisu. Tak satu pun warna yang mampu dipancarkan. Di arah kiriku berbaris tiga meja belajar yang menjadi kawan setia si pemilik. Mungkin juga milik adik-adiknya. Masih tetap berhias tumpukan buku di atasnya.
Bagi si pemilik, bangunan ini tak hanya sekedar rumah biasa. Rumah ini ibarat diary tak bernoda, dia tak banyak bertuliskan jalan cerita namun menjadi saksi nyata perjalanan pemiliknya. Rumah ini juga sebuah penjaga mimpi serta pelepas penat perjuangan menggapainya. Berpuluh tahun sudah berbagai cerita disaksikan si rumah ketika pemiliknya mengadu. Teramat sangat berat untuk ditinggalkan karena menyimpan banyak kenangan. Namun semua harus berjalan, rumah ini harus bisa menerima kepergian pemillik setianya pun sebaliknya.
This is what she called "HOME"
Selamat tinggal, rumah! Meskipun kita baru ketemu dan bercengkrama dalam 14 jam, namun aku begitu nyaman. Rasanya aku bakal merindukanmu, juga lantun adzan di sampingmu. ^^
NB : Ini merupakan satu cerita tentang rumah yang pernah di tempati seseorang. Untuk sang pemilik, nikmatilah waktu-waktu terakhir kalinya ini. ^^
bagus, penggambaran rumahnya.
BalasHapusIni 2 blog yang dilink-in si empunya rumah ya?
iya, jeng. yang di link itu si empunya rumahnya yang hendak hijrah. :D
BalasHapusikut aja deh mendingan, surat buat Dija yang imuttttt ;)
BalasHapusjadi maksudnya rumah beneran ato rumah 'blog' ??
BalasHapusmba Wied emang mau hijrah kemana?
BalasHapuskalau ini kayanya rumah beneran deh, blog mba Wied kan banyak sekali, masa mau ditinggalkan ^_^
BalasHapusmba Wied where are you going?
tulisan tentang rumah, apik...salut deh...
BalasHapusnitip salam buat mba Wied :)
ajeng = duh pengennya sih ikut kirim surat buat dija, tapi masih belum nemu kosakata yang pas buatnya. :D. si empunya rumah memang mau pinadahan asli jeng. :D
BalasHapusdee = wiwied mau pindah ke sebelah doang kok. (jarak 3 km)
mba narti = iya mba, katanya mau pindah beneran. terus mba di suruh bantuin pindahan
sda = apik ya? terima kasih apresiasinya. masih biasa aja kok tulisannya. salam juga dari wiewied. :)
gaswaaatt...boljug nihh ceritanya heheheheh...btw aku sukaakkkk design blogmu...:)
BalasHapuso, mau pindahan beneran tho. Jadi mbak Wied itu kakakmu ya? atau temenmu? kok tau rumahnya? eheheh, mudahan cepet nemu kosakatanya deh ;)
BalasHapusjgn terlalu dipikirkan, aku yakin kamu sayang anak2 sperti Dija :)
eva = wehe! makasih dah mampir nih tante! :D ernah mampir ke rumah si pemilik di atas kan? :D
BalasHapusajeng = iya nih, masih pilih kalimat pas dan ucapan hangat yang cocok buat Dija. :)
BalasHapus::: Dia juga tak bisa membanggakan tunggangan si empunya karena tak ada halaman peristirahatan untuknya :::
BalasHapusAh kamu benar, teringat pertama kali pindah ke sana tahun 1997, aku sedih karena tak ada halaman besar seperti rumahku di bengkulu dulu T_T
::: Teras depannya begitu mungil dan terdiri dari beberapa ubin saja :::
Senang juga, teras ini begitu mudah dan cepat sekali untuk dibersihkan,, karena mungil, hanya 4x2 meter ^__^
::: Takjub yang dirasa ketika pandanganku dipenuhi beberapa tumpukan buku :::
Makasih yah kemaren sudah bantu angkut semua bukuku yang sebanyak itu ^_^
::: Di arah kiriku berbaris tiga meja belajar yang menjadi kawan setia si pemilik :::
mendengar kalimat itu, bikin rindu kisah kasih aku dan dua adikku di atas tiga meja belajar berderet itu T_T
::: Rumah ini ibarat diary tak bernoda, dia tak banyak bertuliskan jalan cerita namun menjadi saksi nyata perjalanan pemiliknya :::
Kalimat ini bikin sendu, dan buatku makin berat meninggalkannya untuk selamanya T__T
::: Berpuluh tahun sudah berbagai cerita disaksikan si rumah ketika pemiliknya mengadu :::
Kamu benar sekali, rumah saksi dari banyak kisah dan rajukanku , hihi
::: Rasanya aku bakal merindukanmu, juga lantun adzan di sampingmu :::
azaan itulah yang membuat tanteku juga enggan pergi dari rumah itu ^^
::: Rumah ini juga sebuah penjaga mimpi serta pelepas penat perjuangan menggapainya :::
makasih yah udah me-romantis-kan hubunganku dengan rumahku ^___^
@MBA Ajeng : hihi, ini pindah rumah beneran lho
@Dee : hijrah ke 3 kilometer dari rumah sini niy ^^ bantuin tak?
@narti : hohoho, aku tak kan tinggalkan blog ku atuh ^__^
@sda : salam sudah diterima, hehhe
@eva : halo eva, udah sembuh belom sakitnya?
wah,bagus bgt postingannya.klu ada waktu,maen2 keblog ane ya
BalasHapuswiwied = bukumu itu bejibun, neng. tapi untungnya bisa kita pindahkan ke tempat barumu. :D
BalasHapusi-one = siap nanti ane main ke blog nte!
buat "pemilik" moga ga kangenan ya..:))
BalasHapusini yg mo pindahan siapa toh? blog nya atau rumah tinggal?
BalasHapustrus ini blog nya siapa? saya bingung nih.. di twit ngaku nama Roni, kok jadi Wied?
mbak Wied, kamu ngerjain saya ya??
jadi pengen beli rumah ,, hayahh
BalasHapustukang colong = amin!
BalasHapusmba ica = ini blognya roni mba! :D dan yang lagi saya omongin ini wiwied. :D piss mba, jangan kesel
ryan = waw! aktif lagi boy?
@ica : mba, ini blognya bukan punyaku ,,,,, ^__^ ini sama sekali bukan punyaku kok...
BalasHapusdan aku pindah rumah beneran lho ^_^
@empunya blog : kasian kamu digalakin, tapi untuk yang galakin cantik tuh, hihi ^_^ peace
pemilik rumah = untungnya bisa diganjar lunas sama bakmie naga alias bakmie cina!
BalasHapus@empunya blog : wiw.... kamu belum komentar tuh, doyan gak sama bakmi naga nya?? gimana gimana? aku lupa tanya padahal tante pengen tahu juga tuh pendapatmu setelah makan disana ^^
BalasHapuspemilik rumah = lumayan bikin kenyang perut tuh. :D trims untuk rekomendasinya, next time kita kesana lagi pas kamu fit!
BalasHapus@empunya blog : sepertinya aku selalu fit [#ngeles] kok ... hihihihi,,,, buruannn...
BalasHapuspemilik rumah = semoga bisa secepatnya kesana lagi! #kedipKedip iya kamu memang selalu sehat kok! ;)
BalasHapusRumah = tempat yang paling nyaman sedunia ! huhauahaha
BalasHapusrumah rumah rumah
BalasHapusyg jelas selalu tempat paling nyaman,,uhuy..
rumah=tempat dimana hatimu berada. :D
BalasHapussya benar2 suka dengan gaya bertuturnya.
Dan jejak kita pun tertinggal dalam raung yang kita sebut "Rumah". Rumah, selalu menggenapkan rasa.
BalasHapusbingung antara yang punya rumah dan pemilik blog hiihihihihi.... :)
BalasHapusblog satu lagi gak ada posting ya? akhirnya ke sini deh
BalasHapusbro q hbs follow blogmu, follow balik yo, http://nasrulihwan.blogspot.com
BalasHapus