Kamis, 14 Juli 2011

Apa itu "Isyarat-isyarat cinta"??

Lama tak jumpa rasanya, setelah berbagai kesibukan dan aktifitas seminggu lalu. Senang rasanya bisa menulis kembali dan berbagi bersama teman-teman. Postingan kali ini tentang review sebuah novel terbitan dari Kaifa Mizan dan sedikit jadul. hehe

Ini dia wujud bukunya! Maaf agak seusah nyari gambar cover-nya. hhe
Judul buku : Isyarat-isyarat Cinta

Penulis       : Jean Ferris

Penerbit     : Kaifa Mizan (2003-an)


Buku yang terbit sekitar tahun 2002/2003 ini meraih penghargaan sebagai ALA Best Book For Young Adults. Pantas rasanya jika buku ini meraih pernghargaan seperti itu karena cerita yang ada tak hanya menarik dan bagus untuk diikuti, tetapi juga memberi banyak pelajaran. Bagi beberapa orang yang kenal denganku mungkin akan sedikit terkekeh ketika melihatku membaca, menenteng atau memajangnya di rak buku. Tapi biarlah, toh memang judulnya saja cukup untuk membuat tertawa kecil jika lelaki membacanya. Tapi kesampingkan itu cerita lama, kini kita langsung kupas tuntas bukunya.

Pasti ada banyak pertanyaan soal buku ini kan?? (kepedean)

Ceritanya berpusat pada sepasang remaja tanggung yang bisa dibilang normal seperti remaja lainnya namun juga bisa dikatakan luar biasa. Theo dan Ivy adalah remaja yang memiliki kemampuan untuk berbicara normal namun juga berbahasa isyarat. Mereka merupakan satu-satunya anggota keluarga yang tunarungu. Mereka berdua adalah penyambung lidah dan kehidupan bagi masing-masing keluarganya.

Theo yang menyayangi ayah dan adik-adiknya ternyata cukup untuk dibuat kesal oleh ibunya. Sedangkan Ivy yang menjadi satu-satunya penerjemah ayahnya malah menikmati kelebihannya itu. Theo mengagumi Ivy di sekolah maupun di luar. Namun bahasa isyarat membuat Theo cukup enggan untuk mendekati gadis tersebut. Sampai satu ketika mereka akhirnya berkenalan dan menjalin hubungan cukup dekat.

Hubungan mereka bisa dibilang sebuah wahana "halilintar" yang bisa membuat dada bergejolak. Bagi mereka hubungan itu lebih dari sekedar hubungan normal lainnya. Ketika remaja lainnya hanya pergi jalan-jalan, ke mall, nonton atau melakukan hal lain yang lebih menyenangkan. Berbeda dengan Theo dan Ivy, mereka harus membina hubungan juga harus berbagi kesenangan dengan masing-masing keluarganya.

Konflik batin mulai terjadi ketika Palma (ibunya Theo) harus rela berjuang sendirian untuk keluarganya setelah ayahnya Theo meninggal. Berat bagi Theo yang ketika itu hendak memutuskan untuk pergi melanjutkan kuliahnya karena harus memperjuangkan keluarganya. Belum lagi hubungannya dengan Ivy yang selalu mendorong Theo untuk maju mengejar cita-citanya. Keputusan yang sungguh berat untuk Theo mengingat Palma begitu bergantung padanya. Tapi dengan penuh keteguhan dan keteduhan, Ivy terus membujuk Theo untuk tidak melupakan mimpinya semata.

Di tengah keterbatasan dan keluarbiasaan lingkungan mereka, Theo dan Ivy mampu membagi kasih sayang satu sama lain dengan keluarganya. Di tengah tekanan keluarga yang cukup membuat pikiran tersita, Theo masih bisa berusaha untuk menjadi orang normal dan meyakini cita-citanya.

Selasa, 05 Juli 2011

He is our guardian

Assalamu’alaikum dan salam sejahtera bagi para pembaca

Maaf jika rubrik ini agak telat muncul tidak seperti dua rubrik sebelumnya. Kebetulan aku harus menyelesaikan urusan demi menyambung hidup di hari esok. Hehe

Sosok pertama yang akan kuperkenalkan adalah seorang pria berwibawa dengan panggilan Abi. Beliau adalah pribadi yang tangguh, tameng paling depan saat ada kesulitan, mesin tanpa lelah dalam mencari nafkah serta ucapan terbijak dalam mengingatkan. Lahir setengah abad lalu di Surabaya menjadikannya sosok yang cukup keras untuk ukuran orang Jawa.

Secara fisik, beliau tidak memiliki perawakan yang tinggi besar. Mental serta spiritualnyalah yang membuat sosok tersebut begitu “besar”. Jarang sekali bicara jika memang dirasa tidak perlu. Hingga sesekali orang lain terkesan menyepelekan beliau jika melihat sorot mata memandangnya. Tenang, lugas dan to the point merupakan daya tariknya jika mengajak lawan bicaranya berdialog. Beragam topik bisa menjadi sajian menarik dan tak henti dikupas tuntas olehnya.

Politik, agama, olahraga, ekonomi hingga wisata bisa menjadi obrolan menarik jika menjadi lawan bicara beliau. Tapi yang paling menarik perhatian beliau adalah ketika membicarakan langkah-langkah realistis melewati hidup. Itulah topik yang takkan habis dikupas dengannya. Rasanya akan memerlukan beberapa jam sampai pembicaraan itu tak memiliki intisari lagi.

Hal yang paling aku suka dari beliau adalah cara mendidik anak-anaknya. Ada treatment tersendiri baginya untuk mendidik kami ―aku serta almarhum adikku― ketika kecil. Percayalah, treatment itu berbeda sekali dengan seperti ayah kebanyakan. Abi juga membedakan treatment-nya antara aku dan adikku. Untuk belajar, aku sering diajak abi untuk berjalan ke sekeliling lingkungan namun tanpa menjelaskan apa pun.

Pernah satu waktu aku diajak berkeliling lingkungan rumah dan selama perjalanan itu abi hanya berucap satu kata, “Lihatlah.” Aku yang masih kecil dan tak tau apa-apa cuma bisa memandang wajahnya dengan tengadah tanpa melepaskan genggaman tanganku. Lalu secara spontan aku mulai memutar persendian leher ke kiri dan ke kanan hingga sesekali ke belakang tanpa ada penjelasan apa pun. Sampai keesokan harinya aku  mulai bawel untuk bertanya dan abi mulaai rajin menjelaskan secara pelan dan jelas.

Rasanya itu menjadi satu pelajaran paling menarik yang pernah aku terima selama ini. Aku belajar mengidentifikasi sesuatu sedari kecil hingga akhirnya seperti sekarang. Abi juga merupakan sosok yang penuh semangat ketika bersaing dengan ibu dalam menanamkan kesenangan masing-masing. Ibu yang sedari aku kecil menanamkan kesukaan mendengar serta membaca membuat abi tak mau kalah untuk bisa memberikan pengaruh soal kesenangannya dalam fotografi. Kesenangannya itu kini mengalir deras dalamperjuangan yang sedang kuarungi saat ini. Prosesnya mendidikku dalam hal fotografi juga lebih dari sekedar mengidentifikasi.

Bayangkan saja dahulu aku disuruh untuk lebih sering melihat sekitar dan mengahalkan setiap sudut penglihatan yang aku rasa itu menarik dan bagus untuk direkam. Setelah mengulang itu dengan lisan, esoknya baru diberikannya kamera analog untuk mengabadikan setiap hal yang menarik perhatianku dan itu layak direkam.

Satu hal yang masih melekat dalam pikiranku adalah sebuah kalimat ketika kami berjalan dini hari untuk memotret satu kawasan pasar di Bandung. Abi bebicara seperti ini, “Berjalanlah kamu sebanyak mungkin tanpa berhenti memperhatikan sekitar. Learn is look around in every single step you make, Son!”

Sampai saat ini kalimat itu masih tersimpan dengan baik dalam ingatanku dan sering aku jadikan motivasi tersendiri untuk melecut daya kreasiku dalam memotret. Sejujurnya, dalam hal memotret kami adalah saingan yang selalu enggan mengagumi hasil karya satu sama lain. Tapi aku begitu bersyukur memiliki sosok seperti beliau.

Someday, Abi pasti bilang kalau karyaku itu bagus!! J

Senin, 04 Juli 2011

All I (we) have to do is dream and believe it

Assalamu’alaikum dan salam sejahtera bagi yang sedang membaca.

Akhirnya satu tahap untuk memperbaiki kegagalan muncul juga, setelah hiatus selama tiga bulan lamanya sebuah wacana kini tampil menjadi nyata. Senang rasanya bisa membuat langkah itu jadi jejak. Ini adalah posting pertama di rubrik Quotes From The Experts. Sekedar mengingatkan, jangan terlalu berharap ini adalah satu posting khusus tentang quotes dari orang yang benar-benar terpandang ataupun sukses. Karena bagiku, quotes itu adalah satu kalimat yang diucapkan seseorang dan berdampak baik bagi yang mendengar atau membacanya.

Jadi quotes seperti apa dan dari siapa yang akan aku tuliskan hari ini. Simaklah di bawah ini :
“Keajaiban mimpi, keajaiban cita-cita dan keajaiban keyakinan manusia tak terkalkulasikan dengan angka berapa pun” ~Donny Dhirgantoro (5cm)
Ya! Kalimat di atas memang sangat berharga bagiku, karena tanpa sadar itu sudah mengubah sepersekian persen dari pikranku untuk kembali bergelut dengan mimpi. Kata siapa mimpi itu hanya penyedap hidup? Padahal buktinya banyak sekali. Banyak orang-orang besar terlahir dari mimpi yang besar juga.

Jika kita memiliki mimpi, jangan minder!
Jangan malu!
Jangan takut dicemooh!

Yakini itu! 
Tanamkan dan bangun!! 
Lakukan gerakan dan langkah yang konstan untuk mewujudkannya. Semua itu takkan mustahil adanya jika berusaha dan berdo’a. tapi yang paling penting dari semuanya adalah berserah serta percaya!!

Percayakan pada Tuhan tentang semua mimpi itu. Percayalah sesungguhnya Tuhan memiliki visi yang teramat sangat hebat untuk mewujudkan itu semua sesuai atau tidak, cepat atau lambat. Namun yang pasti, mimpi itu takkan pernah benar-benar tidak terwujud. Meski tidak sesuai, pasti ada benang merahnya. Meski terlambat pastilah ada hikmahnya. Percayakan pada Tuhan tentang mimpi itu.
“All I (we) have to do is dream” ~Donny Dhirgantoro (5cm)
Selamat bermimpi dan mengejarnya!!

Minggu, 03 Juli 2011

There's always another chances!!

Time, always give you another chances

Inilah yang namanya kehidupan. Semuanya berputar, tak ada yang statis. Tuhan saja menciptakan tata surya dengan perputaran yang sudah diatur secara presisi. Matahari, serta planet-planet yang mengekornya juga berputar. Lalu kenapa kita berharap bahwa apa yang sedang kita lalui ini harus diam? Padahal sudah jelas semuanya ada perputaran.

Bayangkan jika apa yang sekarang kita lalui ini harus diam tak ada pergerakan. ^^ Rasanya setiap orang akan berkoar-koar bahwa hidup itu tidak adil. Terjadi pergerakan / perputaran saja sudah banyak yang mengeluh dunia itu tidak adil. Ya! Inilah memang esensi kehidupan. Adanya perputaran, pergerakan, perubahan ataupun rotasi.

Jika saja semua yang ada itu diam tak ada perputaran, apakah kita sanggup untuk bisa menahan beban masalah yang sedang dialami? Apakah kita mampu pertanggungjawabkan kebahagiaan yang kita miliki? Jawabannya jelas belum tentu.

Andai saat ini kita sedang ada dalam sebuah masalah atau cobaan, optimislah bahwa itu akan selesai dan terlewati. Faktanya adalah kedua ―masalah dan cobaan― itu sulit, tetapi mungkin untuk dilewati. Anggaplah Tuhan sedang menambah kesabaran jika kita anggap itu cobaan. Atau bayangkan Tuhan sedang mengajari kita menyelesaikan sesuatu jika kita anggap itu sebuah masalah.

Serta jangan lupa! Tuhan tak pernah memutuskan ikatan dengan makhluknya seketika Dia dilupakan. Pernah membayangkan kalau saja Dia langsung memutuskan ikatan ketika kita melupakannya? Kita sudah pasti mati. Tapi Dia masih mencintai kita dengan hanya mengurangi sedikit dari hak kita untuk setiap harinya sampai kita akhirnya mampu “membuka” mata. Artinya, akan selalu ada kesempatan kedua, ketiga hingga seterusnya sampai Tuhan benar-benar muak.

Untuk itu, bersyukurlah selalu atas hal terkecil yang kita terima setiap harinya, dengan begitu kita akan bisa menjadi lebih baik lagi. Bersyukurlah karena Tuhan selalu sayang pada kita. Buka mata! Lihat sekitar! Jika kita tersandung, pastikan jangan sampai terperosok. Pasti ada orang selain kita yang pernah merasakan kondisi sama. Untuk itu bangkitlah! Tatap dunia! Pastikan kita pantas untuk membuktikan bahwa kita bisa jadi yang terbaik dan bangkit.

Karena Tuhan pasti memberikan kesempatan-kesempatan berikutnya untuk kita, maka kita juga sebagai makhluk harus bisa memberikan kesempatan itu pada diri kita pribadi terlebih pada orang lain. J

Semangat!!!

Jumat, 01 Juli 2011

This is what I called re-born

Laylaruna Kheria | Dhafie Paparu's daughter

Hello everyone!

Lama tampaknya kita tak berjumpa di dunia blog. Rasanya bisa dibilang hampir 3 bulan aku menghilang dari peredaran dunia tulis menulis di blog. Padahal di Mei awal aku sempat “bangun” dan memutuskan untuk come back secepatnya. Tapi ternyata itu sama saja, aku malah kembali lesu dan “tertidur” lagi.

Ini adalah awal Juli, fase kedua dalam tahun 2011 yang tanpa hasil apa-apa selain kemerosotan dan kegagalan dalam beberapa hal. Aku akui itu. Tapi apa yang sedang aku hadapi saat ini merupakan tamparan keras dan bakal kuingat dalam benak serta kepalaku. Sebagai suatu bukti bahwa aku sebagai manusia biasa juga pernah gagal.

Berat rasanya menerima fakta ini, bahwa ternyata aku memang gagal dalam beberapa hal. Hingga akhirnya aku memutuskan segera mengambil beberapa langkah untuk memperbaharui mental yang sempat terpukul ini. Setidaknya untuk segera bangkit dari keterpurukan dan kembali ke jalur yang pernah aku jalani beberapa waktu.

Meski terkadang memang enggan untuk meninggalkan rasa nyaman yang selama ini  aku punya, nyatanya aku harus bangun. Aku harus bisa melihat sekitar lebih detail lagi. Bahwa sejatinya aku memiliki lingkungan yang positif, kawan yang mendukung serta kegiatan yang sebetulnya aku nikmati dan begitu positif.

Dua hari kemarin aku berjuang keras untuk melupakan kejadian buruk ini. Banyak cara aku lakukan, mulai dari mengelola data foto yang ada di laptop, menulis jurnal, sms kawan lama, dengerin playlist tahun kemarin hingga ―yang paling sulit― “menata hati”.

Tapi dengan Ta’udz dan Basmallah akhirnya aku melangkah dan menyatakan bahwa aku kini terlahir kembali dengan ruh yang jelas ingin menjadi lebih baik lagi. Bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk mimpi besar yang kumiliki dan ingin aku wujudkan. Itu saja.
“Ya Rabb yang maha membulak-balikkan hati, dengan ini aku memulai langkah terbaik yang aku bisa untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Berikan kelancaran dan kemudahan dalam setiap perjalanannya, serta senantiasa limpahkan rahmat dan maghfirah bagi siapa pun yang menitipkan do’anya untukku.”
Bagi rekan-rekan yang selama ini sering mampir ke halaman ini dan beberapa tulisanku selama ini, aku ucapkan terima kasih untuk semua apresiasinya. Untuk ke depannya aku betul-betul butuh bimbingan dari rekan-rekan dalam menulis, terlebih yang paling penting adalah dorongan semangat supaya aku bisa tetap menjaga konsistensi berkarya.

Jazakallah atas semua dukungan rekan-rekan.