Jumat, 01 April 2011

Surat Untuk Tuhan


tik . . . tok . . . tik . . . tok . . . tik . . . tok . . .

Pagi ini masih teramat dingin untuk membuka mata menerima dunia. Kamarku memang terang benderang dihiasi sinar neon. Tapi, di luar sana aku yakin masih terlalu gelap untuk melakukan perjalanan. Kuraih jam tangan yang biasa kusimpan di bawah bantalku baru menunjukkan jam empat pagi. Caranya menyeret waktu terkesan kasar di telingaku karena dia memang jam yang sudah uzur.

Mataku baru saja terpejam dua jam lalu dan kini harus terbuka dengan perasaan sesak tak karuan. Nafasku memburu, jantungku derdetak terlalu kencang tak wajar dan perasaanku sedikit cemas, kalut, takut serta sedikit tak percaya. Selama ini aku selalu terbebas dari gangguan mimpi buruk dalam tidurku, karena selalu ada mantra yang kubaca sebelum menjelang memejamkan mata.

Pagi ini, dengan penuh kuasa akhirnya Dia memberikan mimpi padaku tentang seseorang dan suatu hal. Aku sungguh dibuat-Nya terkejut seolah terkena sengatan listrik ringan. Padahal dua jam sebelumnya aku baru saja mengakui rasa bersalahku terhadap seseorang dalam satu pengakuan setelah Qiyamul Lail. Ada tangisan yang meluncur perlahan menghangatkan pipi.

Keterkejutanku kini memaksa tangan kananku menggapai jantung yang sedang berdetak cepat tak karuan. Dengan perasaan yang sedikit sesak, akhirnya aku beranikan diri mengingat mimpi, sosok serta hal sempat membuatku terkejut. Pikiran dan mataku baru bisa sejalan setelah nafasku mulai kuatur ulang secara perhalan.

Pandanganku menatap langit-langit kamar dengan tatapan sendu seolah terangnya kamarku kini kian temaram. Kupalingkan wajah ke arah kanan menatap satu potret tentang seseorang dan parasnya yang hiasi meja belajarku. Perlu waktu agak lama untuk duduk tegak di atas tempat tidurku ini. Karena pikiranku masih tak karuan dan mengaduk perasaan.

Kupaksakan badanku untuk berdiri dan melangkah ke kamar mandi dengan gontai. Kuayun gayung mengumpulkan air yang masih sangat dingin. Perlahan bulir-bulir air itu menyentuh wajahku memberi rasa sejuk yang sedikit menenangkan. Wajahku terasa segar, badanku kini seikit tegak dan pikiranku mulai terjaga sepenuhnya siap membuktikan mimpi itu.

Jemariku mulai bermain di atas qwerty laptopku. Pikiranku mulai lincah memburu jalan tercepat menuju pembuktian mimpiku. Mouse di tangan kananku kini mulai menjelajahi aplikasi laptopku hingga kini sudah jauh meninggalkan kamarku dan berada di dunia maya. Jari-jemariku mulai menuju satu jejaring terbesar saat ini karena itulah yang bisa membuktikan mimpiku.

Dadaku mulai bergemuruh berharap apa yang menjadi mimpiku itu tak nyata. Nafasku kini tak selancar ketika wajahku dibasuh air pagi hari. Mataku lari kesana-kemari mencoba melihat setiap bagian layar laptopku hingga terhenti di satu halaman yang ternyata history-nya telah terhapus. Lenganku mulai lunglai dan lemas, pikiranku berlari mencari kembali ragam tanya yang pernah kututup rapat. Aku cuma bisa bertanya dalam hati atas apa yang terjadi pagi ini. 

Tapi yang pasti, ini adalah kali pertama aku terbangun dari mimpi buruk dan ternyata itu terjadi.

pesawat menuju Tuhan

Tuhan, aku harap keluh dan gundah yang kutulis ini sampai ke hadapan-Mu. Inginku, Engkau menenangkan hati ini sesegera mungkin dan membuatku lebih tegar lagi bahkan lebih tegar dari batu karang sekali pun.

Ruang Hati, 1 April 2011

Hamba-Mu